B U L L Y I N G
Hi, guys! Bagimana quarantine day kalian? Sudah mulai bosan, jenuh, stress, dan
semacamnya? Haha, sama saya juga kok. Tapi, tahan dulu ya. Kita di rumah dulu untuk
mencegah peningkatan penyebaran dari virus covid-19 ini. Meski begitu jangan
malas-malasan ya! Kita harus tetap produktif. Jangan rebahan terus sambil
scroll twitter! Ups, itu mah saya.
Ngomong-ngomong
soal twitter, kemarin saya sempat melihat satu video yang kini tengah
dibicarakan banyak orang. Yaitu video bullying yang dilakukan oleh sekelompok
pemuda terhadap satu anak laki-laki berumur 12 tahun. Diketahui anak tersebut
berjualan gorengan menggunakan sepedanya.
Rasanya
miris sekali melihat kejadian tersebut. Kasus bullying seolah tak pernah usai.
Alasan saya ingin membahas soal bullying salah satunya karena kejadian di video
tersebut. Untuk itu mari kita mengulik lebih dalam soal bullying.
Bullying
adalah suatu tindakan tercela yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang
dengan cara menilai rendah orang lain baik secara fisik maupun non fisik.
Bullying banyak bentuknya. Bisa disampaikan secara langsung maupun tidak.
Apalagi di era digital ini, banyak sekali bullying yang dilakukan di sosial
media.
“Ih
gendut, sini!!”
“Lo
anak baru gak usah sok iye dah!”
"Kurus amat lo. Gak dikasih makan ya?"
“Mentang-mentang
pinter lo.”
Saya
juga pernah mengalami yang namanya bullying. And almost ya tentang fisik. Sakit hati? Pasti. Efeknya bahkan saya
sampai tidak percaya diri, bahkan melihat ke cermin saja gak berani. Sebesar
itu ternyata, ya? Tentu saja. Bullying dapat menghancurkan perasaan bahkan
mental si korbannya. Bahkan di beberapa kasus, korban sampai nekat bunuh diri. Lihat? Betapa kejamnya efek dari bullying ini.
Pernah
jadi pelakunya gak? Mungkin beberapa orang mempunyai pertanyaan ini.
Ya,
pernah. Meski dalam batasan “bercanda”, tapi menjadi seorang pelaku bullying
membuat saya malu. Sangat malu. Karena apa? Saya tahu rasanya menjadi korban
dari olokan yang katanya hanya “bercanda” itu. So, jangan ditiru ya!
Selanjutnya,
faktor apa saja sih yang mempengaruhi adanya bullying?
Pertama
adalah faktor lingkungan. Bagaimana kondisi keluarganya? Lingkungan
pertemanannya? Semua itu sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Karena
dari lingkungan itulah yang membentuk karakter dari tiap-tiap orang. Apakah ia
diperlakukan dengan baik atau tidak dan sebagainya.
Kedua
adalah faktor perbedaan. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa,
ras, dan agama. Kerberagaman tersebut apabila tidak dijaga dengan baik, dapat
menimbulkan efek negatif yang cukup besar. Ya, salah satunya bullying. Selain
itu, perbedaan kedudukan status ekonomi dan gender juga mempengaruhi dari
adanya tindakan bullying.
Ketiga
adalah faktor fisik seseorang. Fisik seolah yang paling sering menjadi bahan
dalam bullying. Padahal di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Semua
mempunyai kelebihan dan kekurangan dengan porsinya masing-masing. Dengan
begitu, sebaiknya kita tidak menilai seseorang hanya dari fisiknya saja.
Tadi
kita sudah membahas sedikit soal karakter. Yap, karakter seseorang menjadi
faktor dari adanya bullying. Karakter seseorang dibentuk pertama kali oleh
keluarga. Kemudian ditambah dengan pendidikan. Mungkin banyak orang yang kurang
beruntung sehingga mereka tidak mendapatkan pembentukan karakternya di dalam
keluarga. Maka dari itu, sekolah menjadi tempat kedua untuk memperoleh
pendidikan karakter bagi seseorang.
Lalu,
apakah pendidikan karakter di Indonesia sudah ada?
Dari
pengalaman saya selama bersekolah wajib 12 tahun, ya sudah ada. Namun, belum
diterapkan secara maksimal. Hanya sebatas “A itu baik dan B itu buruk.” Ini
perlu menjadi perhatian di mana anak-anak harus mengetahui hal-hal mendasar
tentang bullying sehingga mereka terbebas dari perilaku tercela ini. Sulit
memang jika dibayangkan, namun hal ini harus dilakukan sedini mungkin.
Misalnya
melalui pengenalan dini tentang bullying di tingkat SD, pembentukan karakter
ketika masa ospek SMP dan SMA dengan seminar atau metode lainnya, hingga
campaign soal bullying di tengah masyarakat. Untuk feedback dari pendidikan karakter itu kembali kepada pribadi
masing-masing. Apakah seseorang itu bisa menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari atau sebatas angin lewat saja.
Untuk
para korban bullying tetap semangat ya. Apapun yang mereka katakan atau lakukan
kepada kamu, tetap jadi diri sendiri, OK? Kamu bisa menuntut hakmu sebagai
korban ke ranah hukum. Karena sekarang sudah ada pasal yang mengatur tentang
bullying yang menyatu dalam UU ITE dan UU Perlindungan Anak. Buktikan kalau
kamu adalah seseorang yang kuat dan mampu memiliki prestasi yang tinggi. Whatever they said, just be strong and keep
fighting. You are more than this, you can be the best of you. And you deserve
to be happy.
Dan
untuk para pelaku bullying saya harap kalian sadar. Apa yang kalian lakukan itu
jelas-jelas melanggar hukum. Kita semua memiliki kedudukan yang sama di mata
Tuhan. Maka berlomba-lombalah berbuat kebaikan, bukan justru malah menjatuhkan
orang lain demi terlihat lebih hebat. Itu salah. Jadi, stop bullying! Apapun
alasannya bullying bukan jalan yang benar untuk mencari pembelaan. Be kind to other human!
Hargai
orang lain, jika kamu ingin dihargai. Terus berusaha untuk menjadi manusia yang
lebih baik lagi. Bersaing dengan cara yang positif dan sportif tanpa harus
menjatuhkan orang lain.
Sekali
lagi, stop bullying!
Stay Positive!
Mantapss blognya bermanfaat 👍👍
ReplyDelete