Manusia
Berasa model.
Hai, guys! I'm comeback!
Kali ini saya gak akan bahas tentang cara alternatif untuk menghilangkan stress. Karena hari ini saya mau menceritakan sedikit tentang diri saya.
Katanya tak kenal maka tak sayang? Hii wek.
OK, lanjut.
Sebenarnya ada alasan khusus kenapa saya mau menulis blog lagi di samping karena tugas kuliah. Saya suka menulis dan blog bisa jadi wahana baru bagi saya untuk menulis. Walaupun sebetulnya dulu saya pernah aktif di blog dan hiatus sampai akhirnya sekarang memutuskan untuk menulis lagi.
Saya menulis blog ini karena jujur saya sering mengalami stress yang terkadang cukup berlebihan. Stress, overthinking, homesick, dan insecure biasa menghampiri diri saya. Sampai-sampai saya hampir mendiagnosa diri sendiri kalau saya mengalami mental disorder. Padahal itu enggak sama sekali. Jadi, jangan ditiru ya teman-teman!
Kalau lagi stress, biasanya saya nangis. Ya, apa-apa nangis. Seseorang yang menangis jangan pernah dibilang cengeng atau manja. Menangis itu hal yang alami dan wajar. Yang paling parah ketika saya stress adalah saya bisa marah, emosi tidak terkendali, sampai menendang apa yang bisa saya tendang. Habis itu? Ya nangis. Begitulah gambaran dari diri saya ketika sedang stress.
Lanjut kepada overthinking. Kalian yang pernah mengalami overthinking pasti tahu rasanya bagaimana tersiksanya diri ketika harus bertengkar sama pikiran sendiri. Musuh yang paling tidak bisa dikalahkan, ya diri sendiri. Saya sering dihadapi dengan overthinking, apalagi ketika mempunyai masalah. Entah ketika tugas menumpuk, bertengkar dengan teman, dan yang paling membuat overthinking saya meledak adalah ketika saya harus menghadapi pendapat orang lain tentang saya.
Maksudnya?
"Ih, kamu gemukan."
"Pipi kamu chubby ya."
"Kulit kamu iteman ya sekarang."
Just fuck yourself, dude! I don't care what are you talking about. Just go away from my life. I deserve to be happy and this is out of your service!
Mudah banget buat misuh kayak gitu. Tapi, di dalam? Tetep aja kepikiran omongan orang lain. Sampai berantem sama pikiran yang kadang memihak omongan orang lain dibandingkan diri sendiri. Ujung-ujungnya? Nangis.
Homesick. Untuk yang ini, alhamdulillah homesick jarang datang kepada diri saya. Tapi, sekalinya datang langsung membuat diri saya kacau. Rasa pengen pulang ke rumah bener-bener memuncak. Kalau sudah begitu, biasanya saya langsung menghubungi keluarga atau teman-teman dekat saya sebelum overthinking menghampiri saya.
Yang terakhir insecure. Kalau saya, biasanya insecure akan datang setelah overthinking. Mereka selalu berdampingan dan membuat saya takut serta cemas. Kalau sudah parah rasanya gak tenang. Mau nangis selama apa pun sulit untuk menenangkan diri. Biasanya saya buru-buru menghubungi teman yang sedang luang waktunya dan siap mendengarkan saya cerita.
Keempat hal ini adalah latar belakang kenapa saya memutuskan untuk menulis blog lagi. Tentang saya. Tentang bagaimana usaha saya mengatasi musuh saya, yaitu diri saya sendiri.
Saya tahu saya tidak berhak meminta orang lain untuk mengerti diri saya, makanya saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah di dalam diri saya ini.
Untuk teman-teman yang pernah merasakannya juga, saran saya adalah terus berpikir positif. Serius, ini penting. Jangan seperti saya yang hampir mendiagnosa diri sendiri. Yang kedua adalah komunikasi. Jangan takut buat cerita ke orang yang kalian percaya, orang yang sudah mengenal kalian. Yang terakhir berdo'a. Kalian punya rumah abadi, yaitu Tuhan. Saya biasa bercerita pada Tuhan setelah shalat, bahkan sampai menangis. Namun, dengan begitu membuat diri saya tenang, sangat tenang.
And this is the end of my story.
Terima kasih sudah membaca 'tentang saya'.
Stay positive!
Comments
Post a Comment